Review Implemetasi Fuzzy Neural Network pada Sistem Cerdas untuk Pendeteksian dan Penanganan Dini Penyakit Sapi
Dalam paper
ini penulis mengembangkan bidang sistem cerdas dengan menggunakan metode Fuzzy
Neural Network (FNN) yang menggabungkan keunggulan metode ANN dengan
menggunakan input data yang lebih variatif serta hasil dari proses fuzzifikasi
sehingga dapat digunakan sebagai input data berupa gelaja-gejala penyakit pada
sapi yang lebih fleksibel atau bervariasi.
Permasalahannya adalah kesenjangan
antara kebutuhan konsumsi dengan produksi daging sapi lokal terjadi setiap
tahunnya, peternakan sapi potong nasional masih belum mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat akan daging yang terus meningkat, bahkan sapi lokal hanya dapat
mensuplai kebutuhan daging nasional sebesar 49%. Program Swasembada Daging Sapi
(PSDS) tahun 2014 yang dicanangkan Pemerintah pada tahun 2010 guna meningkatkan
lonjakan populasi sapi dalam negeri pun menghadapi beberapa tantangan antara
lain penyakit dan terbatasnya jumlah doker hewan di daerah pedesaan. Sehubung
dengan permasalahan tersebut dan sejalan dengan visi serta salah satu sasaran
dari Direktorat Kesehatan Hewan, maka diperlukan adanya system cerdas yang
mampu mendeteksi penyakit sapi berdasarkan gejala-gejalanya yang bervariasi
sehingga dapat dilakukan penanganan dini terhadap sapi tersebut yang dapat
mencegah penyebaran penyakit.
Data input atau atribut yang
digunakan meliputi ciri atau gejala dari penyakit sapi. Berdasarkan data yang
nantinya telah didapatkan, hanya satu atribut yang bersifat numerical yaitu
‘Suhu Tubuh’ yang dapat dilakukan proses fuzzifikasi
dan defuzzifikasi menjadi suatu
kategori yang direpresentasikan kedalam suatu nilai untuk kemudian dilatih
menggunakan ANN. Membership function untuk
masing-masing fuzzy set atau variable fuzzy pada atribut ‘Suhu Tubuh’ tersebut
yaitu ‘Rendah’, ‘Normal’, dan ‘Tinggi’.
Arsitektur dari neural network atau jaringan saraf yang digunakan pada penelitian
ini meliput 3 layer atau lapisan, 1 layer sebagai input layer, 1 layer sebagai
hidden layer, dan 1 layer sebagai output layer. Jumlah node pada input
layer terdiri atas 17 node sesuai dengan jumlah data input atau atribut
yang digunakan.
Penentuan jumlah node pada hidden layer harus dicari melalui trial and error berdasarkan hasil uji
coba. Jumlah node yang akan digunakan adalah yang akan menghasilkan performa
yang paling baik diantara keseluruhan uji coba yang dilakukan.
Sistem ini menggunakan aturan jika
keluaran atau output sistem baik satu atau lebih penyakit memiliki nilai lebih
dari 50% maka akan ditampilkan dalam sistem karena hal ini menandakan bahwa
probabilitas ternak sapi mengalami atau menderita penyakit tersebut adalah
lebih dari 50% dan dapat dikatakan valid, sedangkan untuk satu atau lebih
penyakit dengan nilai kurang dari 50% maka tidak akan ditampilkan dalam sistem
karena hal ini menandakan bahwa probabilitas ternak sapi mengalami atau
menderita penyakit tersebut kurang dari 50% dan dapat dikatakan kurang valid.
Kemudian untuk melihat rekomendasi
penanganan juga sebatas pada satu penyakit dengan nilai akurasi tertinggi yang
kemungkinan sapi tersebut mengalami penyakit adalah sangat besar.
Sistem ini berkontribusi untuk
mendeteksi penyakit sapi sehingga peternak sapi dapat dengan mudah mengetahui
kondisi sapinya apakah terjangkit suatu penyakit atau tidak, sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan atau penanganan dini yang dapat mencegah
penyebaran penyakit.
Kelebihan dari sistem ini adalah
mampu mengeluarkan hasil yang valid karena telah mampu memprediksi dengan tepat
keseluruhan penyakit sapi pada data testing data dengan tingkat kevalidan 100%
serta rata-rata tingkat akurasi yang mencapai 96,37%
Kekurangan dari sistem ini adalah
hanya data yang memiliki nilai lebih dari 50% saja yang hanya ditampilkan pada
sistem, sedangan data yang nilainya kurang dari 50% tidak ditampilkan dalam
sistem, padahal walaupun data kurang dari 50% seharusnya ditampilkan dalam
sistem sehingga para peternak dapat mengantisipasi penyakit yang akan
menjangkit pada sapi. Rekomendasi penanganan ternak sapi juga hanya menampilkan
satu penyakit dengan nilai akurasi tertinggi, jadi jika terdapat sapi yang
terjangkit dua penyakit, hanya penanganan untuk penyakit yang nilai akurasinya
tertinggi yang akan ditampilkan.